إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ

وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ b وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Bapak-bapak, ibu-ibu, sdr2 sekalian,
Setelah kami menyampaikan doa iftitah dan kutipan dari Al-Qur’an yang menyerukan agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT dan jangan kita mati kecuali dalam keadaan sebagai Muslim, maka perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih atas kehadiran ibu-ibu, bapak-bapak dan sdr2 sekalian di mesjid yang mulia ini untuk menjadi saksi perkawinan kedua mempelai yang akan dilangsungkan beberapa menit mendatang.

Peristiwa yang akan kita saksikan ini adalah peristiwa yang besar, dan peristiwa yang luar biasa, bukan saja dalam pandangan kami orangtua dan keluarga Kathy dan Fery, tetapi juga luar biasa dan besar dalam pandangan Allah SWT. Begitu besar, istimewa dan luar biasanya peristiwa ini karena Allah SWT dalam Al-Qur’anul Karim menyebut akad nikah sebagai mitsaqon gholidha yang artinya perjanjian yang besar, perjanjian yang berat atau perjanjian yang agung. Tiga kali kata mitsaqon gholidha disebut dalam Al-Qur’an yakni pertama, ketika Allah SWT membuat perjanjian dengan para Nabi yakni dengan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW.


Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh [1203].

[1203] "Perjanjian yang teguh" ialah kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing.
(QS 33 ayat 7).

Kedua, ketika Allah SWT mengangkat Gunung atau Bukit Thur ke atas kepalka bani Israil dan memerintahkan mereka agar bersumpah setia di hadapan Allah (QS 4:154).

154. Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka : "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud [375]", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka : "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu [376]", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.

[375] Yang dimaksud dengan "pintu gerbang itu" lihat pada ayat 58 S. Al Baqarah dan "bersujud" pada not 54. [376] Hari Sabtu ialah hari Sabbat yang khusus untuk ibadah orang Yahudi.

Dan ketiga, ketika Allah SWT menyatakan hubungan pernikahan semacam ini. Jadi dengan bukti-bukti itu, kita bisa mengatakan bahwa perjanjian pernikahan yang segera akan kita saksikan ini sama tingginya atau sama derajatnya dengan perjanjian Allah dengan para Nabi dan sama dahsyatnya dengan perjanjian bangsa Israil yang menyatakan akan bersumpah setia pada Allah SWT dengan Gunung Thursina bergantung di atas kepala mereka.
Peristiwa akad nikah memang dahsyat sebab peristiwa ini tidak hanya sekedar disaksikan oleh orangtua kedua calon pengantin tetapi juga disaksikan oleh kaum keluarga, sahabat dan kerabat dekat, dan terlebih-lebih lagi disaksikan juga oleh para malaikat di langit yang tinggi dan oleh Allah SWT, penguasa alam semesta. Karena itu, bila anak kami berdua, Kathy dan Fery, setelah peristiwa ini kemudian menyia-nyiakan perkawinan ini, atau menceraiberaikan ikatan yang sudah terbuhul erat ini, atau memutuskan janji yang sudah terpateri ini maka anak kami Kathy dan Fery, bukan saja harus bertanggungjawab kepada kami yang orangtua Kathy dan Fery, tetapi juga harus bertanggungjawab kepada semua yang berada di sini sekarang, dan terutama bertanggungjawab kepada Allah SWT, Allah Robbul Alamin sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: ”Laki-laki adalah pemimpin di tengah-tengah keluarganya dan ia harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.” (HR Bukhari-Muslim)
Mengapa Allah dan Rasul-Nya mewasiatkan agar kita memelihara akad nikah yang suci itu ? Mengapa suami-isteri harus mempertanggungjawabkan peran yang dilaksanakan mereka di hadapan Allah ?
Jawabannya sederhana; karena Allah tahu bahwa kebahagiaan dan penderitaan manusia sangat bergantung pada hubungan mereka dengan orang-orang yang dicintai mereka yakni dengan keluarganya. “Bila di dunia ini ada surga,”kata Marie van Ebner –Esebach, “maka surga itu ialah pernikahan yang berbahagia.” Tetapi, bila di dunia ini ada nereka maka neraka itu adalah pernikahan yang gagal.

Karena itulah, Islam dengan penuh perhatian dan secara detail telah mengatur urusan rumah tangga. Sebuah ayat pernah diturunkan Alllah dari langit hanya untuk mengatur urusan pernikahan antara Zainab dengan Zaid ibnu Haritsah, dan sebuah surat dalam Al-Qur’an turun untuk mengatur urusan rumah tangga kaum Muslimin di dunia.

Anakku Kathy, ananda Fery, Ibu-ibu, Bapak-bapak dan sdr2 sekalian,
Ribuan tahun yang silam di Padang Arafah, di hadapan ribuan umat Islam generasi pertama, Rasulullah SAW menyampaikan khotbah perpisahan yang antara lain berbunyi:”Wahai manusia, takutlah kepada Allah akan urusan wanita. Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagai istri dengan amanat Allah. Kami halalkan kehormatan mereka dengan kalimah Allah. Sesungguhnya kalian mempunyai hak atas isterimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas kamu. Ketahuilah, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap isteri kalian. Mereka adalah penolong kalian. Mereka tidak memilih apa-apa untuk dirinya, dan kamu pun tidak memilih apa-apa dari diri mereka selain itu. Jika mereka patuh kepadamu, janganlah kamu berbuat aniaya terhadap mereka.” (HR Muslim dan Turmudzi).

Bapak-bapak, ibu-ibu-ibu dan Sdr2 sekalian,
Kini izinkanlah kami untuk pertama-tama mengelaborasi wasiat Rasulullah itu kepada Ananda Ferry Susetyo Ekopurnomo,ST, yang akan menikahi anak kami, Kathy Dewi Ratna Mukti Saelan:

Ananda Ferry,
Pagi ini berkat ni’mat dan inayah Allah SWT, ananda sampai pada saat yang paling indah, paling bahagia tetapi mungkin juga paling mendebarkan dalam kehidupan ananda. Ini saat yang paling indah sebab mulai saat ini cinta ananda tidak lagi berbentuk khayalan atau impian. Ini saat paling membahagiakan sebab akhirnya ananda berhasil mendampingi perempuan yang ananda cintai. Ini saat yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini ananda memikul amanat Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.

Kalau pada saat ini dada ananda berguncang, darah ananda berdebar dan suara ananda bergetar, itu adalah pertanda ananda tengah memasuki babak baru dalam kehidupan ananda. Sebab sampai kemarin, ananda adalah manusia bebas yang boleh pergi sesuka ananda. Tetapi sejak pagi ini, bila ananda belum juga pulang ke tempat tinggal ananda setelah larut malam, maka di rumah itu akan ada seorang perempuan yang tidak akan bisa tidur karena mencemaskan ananda. Dan perempuan itu adalah anak kami yang kemungkinan ia pun kemudian akan mengontak kami hingga kami pun akan ikut mencemaskan ananda.

Sejak hari ini, bila berhari-hari ananda tidak pulang dari kantor atau dari tugas di luar kota tanpa pemberitahuan sebelumnya, maka di kamar ananda kini akan ada seorang perempuan lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan air mata. Jika dahulu dan malahan sampai kemarin, bila ananda mendapat kedukaan, kesedihan atau kesusahan, ananda mungkin hanya mendapat ucapan turut prihatin dari sahabat-sahabat ananda, tetapi mulai hari ini, seorang perempuan akan bersedia mengorbankan jiwa-raganya dan apa saja agar ananda meraih kembali kesenangan, kemudahan dan kebahagiaan ananda. Ananda sekarang mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan ananda.

Ananda Fery,
Perempuan yang duduk di sisi ananda bukanlah segumpal daging yang dapat ananda kerat dengan semena-mena, dan bukan pula budak belian yang dapat ananda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah perempuan yang dianugrahkan Allah kepada keluarga kami dan mulai pagi ini dianugrahkan Allah untuk membuat hidup ananda lebih indah dan lebih bermakna. Perempuan yang anak kami itu mulai sekarang menjadi amanah Allah yang harus ananda pertanggungjawabkan lahirnya dan bathinnya ke hadapan Allah. Karena itu muliakanlah perempuan yang jadi isterimu itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW yang pernah bersabda: ”Tidak memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.”
Rasulullah adalah manusia paling mulia. Dengarlah apa yang dikatakan Siti Aisyah yang menceritakan bagaimana Rasulullah memuliakan isterinya. “Di rumah,”kata Siti Aisyah,”Rasulullah melayani keperluan isterinya dan rumahtangganya . Rasulullah tidak jarang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu lantai dan membersihkan pakaian”
Rasulullah memanggil isterinya dengan panggilan yang baik. Konon, setelah Rasulullah wafat, ada beberapa orang menemui Siti Aisyah dan memintanya agar menceritakan perilaku Rasul. Siti Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu. Air matanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang dan lidah yang agak kelu, ia berkata:”Kana kullu amrihi ajaba…”(Ah…semua perilakunya indah…”)” Ketika didesak untuk menceritakan satu saja perilaku Rasul yang paling mempesona dirinya, Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia itu bangun di tengah malam dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam. “Izinkan aku menyembah Tuhanku,” ujar Rasulullah SAW kepada isterinya, Aisyah. Bayangkan, sampai untuk shalat malam saya Rasulullah merasa perlu meminta izin isterinya. Di situ berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan dan penghormatan.

Ananda Fery,
Kalau Bapa harus menyimpulkan nasihat Bapa kepadamu, Bapa hanya ingin mengatakan: Muliakan anak Bapa yang menjadi istrimu itu dengan penuh kemesraan,kesucian,kesetiaan dan penghormatan, hingga kalau suatu hari Bapa atau Mamah atau siapapun bertanya kepada isterimu ini tentang kamu dan perlakuan mu padanya, maka Insya Allah, isterimu yang anak Bapa dan Mamah itu akan menjawab:Ah…semua perilakunya indah dan menakjubkan.”

Bapak-bapak, ibu-ibu-ibu, Sdr2 sekalian, dan ananda Fery,
Dengan izin semuanya perkenankanlah kami sekarang menyampaikan wasiat Rasulullah SAW kepada anak kami yang sebentar lagi akan menjadi isteri ananda Fery.

Anakku Kathy,
Rasulullah SAW pernah bersabda:”Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, maka akan aku perintahkan isteri untuk bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami yang dianugrahkan Allah atas mereka.” (HR Abu Dawwud, Al;-Hakim dan At-Turmudzi)

Kita semua tahu, banyak isteri menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Tetapi jarang terpikirkan bagaimana ia harus berusaha membahagiakan suami. Cinta dan kasih sayang tumbuh dalam suasana memberi bukan mengambil. Cinta adalah sharing, saling berbagi. Kathy, kamu tidak akan memperoleh cinta suamimu, Mas Fery kalau yang kamu tebarkan di rumahmu adalah kebencian. Kamu tidak akan memetik kasih sayang suamimu,Mas Fery, kalau yang kamu tanam adalah kemarahan. Kamu tidak akan menuai ketenangan bila yang kamu suburkan adalah dendam dan kekecewaan terhadap suamimu.

Anakku Kathy,
Kamu boleh memberi apa saja yang kamu miliki pada semua orang. Tetapi, buat Mas Fery, suamimu, tidak akan ada pemberian isterinya yang paling membahagiakannya selain hatimu yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan, kesempitan dan kelapangan. Di luar rumah, suamimu, boleh jadi sedang diguncang dengan berbagai kesulitan. Di luar rumah, boleh jadi ia menemui wajah-wajah yang garang, dan kasar dengan mata yang tajam, atau ucapan yang kasar karena pergumulan hidup yang berat. Tapi, pasti, suamimu itu ingin ketika sampai di rumah ia menemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan perilaku yang santun. Mas Fery,suamimu itu ingin berlindung di dalam keteduhan kasih sayangmu. Seperti cerita putri saljunya Andersen, suamimu itu ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera kasih sayang kamu.

Rasul yang mulia konon pernah bersabda pula kepada beberapa sahabatnya yang laki-laki :”Isteri yang paling baik ialah yang membahagiakanmu bila kamu memandangnya; yang mematuhimu bila kamu menyuruhnya; dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu sedang tidak ada.” (HR Thabrani).

Rasul yang mulia bersabda pula bahwa surga terletak di bawah kaki kaum ibu. Apakah rumah tangga yang akan kamu bangun bersama Mas Fery itu akan menjadi surga atau neraka, itu sangat bergantung kepadamu sebagai ibu rumah tangga. Dan rumah tangga akan menjadi surga bila di situ kamu hiaskan kesabaran, kesetiaan dan kesucian.

Karena itu, anakku Kathy,
Kelak bila perahu rumah tanggamu menemui kerikil-kerikil tajam, atau bersua dengan ngarai yang dalam, atau bertabrakan dengan batu karang yang besar, bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncang gempa cobaan, Bapa, Mamah,kakak-kakakmu, adikmu. saudara-saudaramu dan semua kami yang ada di sini ingin melihatmu tetap teguh di samping suamimu. Kami ingin, kamu tetap tersenyum walaupun langit mendung. Ada kisah seorang teman Bapa yang sangat mengharukan yang ingin kau menikmatinya pula. Teman Bapa itu berkisah begini: Pada suatu malam saya terbangun dari tidur dan isteri saya tidak ada di samping saya. Tetapi kemudian dari samping tempat tidur saya dengar suara yang dikenal betul, suara isteri saya. Dan, Subhanallah, sekira satu meter dari tempat tidur saya , di atas sajadah yang terhampar di lantai yang dingin, pada tengah malam yang sangat sepi itu saya menyaksikan isteri saya sedang bersujud, suaranya bergetar, dan ia sedang memohon agar Allah menganugrahkan pertolongan bagi saya dan keluarga yang saat-saat itu sedang betul-betul mendapat kesulitan hidup karena saya sedang menganggur setelah satu tahun lamanya berhenti dari pekerjaan. Pada saat itu, secara spontan saya pun turun dari tempat tidur dan ikut sujud sambil berdo’a: Ya Allah, aku bersyukur karena mendapat isteri yang shabar, dan karuniakanlah kepada kami keluarga dan keturunan yang menenteramkan hati kami. Ya Robbana, berilah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari api neraka.”

Anakku, Kathy,
Jadfilah pula engkau isteri yang betul-betul mulia dalam pandangan suamimu, hingga dalam hatinya, Mas Fery, suamimu itu akan berkata;”Demi Allah,tidak ada yang akan dapat menggantikan isteriku itu sebab dia memperkuat hatiku ketika aku hampir putus asa. Dia mempercayaiku ketika semua orang menjauhiku. Dia memberiku ketulusan hati ketika semua orang mengkhianatiku.

Bapak-bapak, ibu-ibu, hadirin dan hadlirat,
Pada bagian akhir khutbah ini, kami mohon, kiranya, bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian, berkenan untuk bersama mengantar kedua anak kami, Kathy Dewi Ratna Mukti Saelan dengan Fery Susetyo Ekopurnomo ini pada kehidupan mereka yang baru ini dengan dua firman Allah yakni: Ittaqullah haqqo tuqootih walaa tamutunna illa wa antum mulsimun (Bertaqwalah kalian pada Allah dan jangan kalian mati keculai dalam Islam), dan (Berbekallah kalian, sesungguhnya bekal yang paling baik ialah taqwa).

Selanjutnya, kami mohon pula Ibu-Ibu, Bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian untuk mengantarkan kedua anak kami ini dengan mengamini do’a yang kami sampaikan:
Ya Allah, pagi ini, dua hamba-Mu yang dhaif yang adalah anak kami dan putra Bapak/Ibu Surandi, akan mematri janji dihadapan kebesaran-Mu, berjanji akan membina kehidupan rumah tangga yang penuh ketaqwaan pada-Mu, yang penuh kasih sayang, yang mawaddah wa rahmah.

Kami tahu, tidak akan mudah bagi mereka untuk memelihara ikatan suci ini dalam naungan ridha dan maghfirah-Mu. Kami tahu, amat berat bagi mereka untuk mengayuh perahu rumah tangga mereka menghadapi taufan godaan di hadapan mereka. Karena itulah, kami datang memohon rahman dan rahim-Mu.

Tunjukilah keduanya jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan kenikmatan, bukan jalan orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan. Kalau engkau berkenan menganugrahkan nikmat-Mu pada kedua anak kami itu bantulah mereka untuk banyak berdzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu itu Hindarkan mereka dari kealpaan orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia.

Bila Engkau berkenan memberikan ujian atas mereka, berikan pada mereka keteguhan hati dan kesabaran. Lalu bangunkan mereka di tengah keheningan malam, gerakan badan mereka untuk berwudhu lalu bimbing mereka untuk melaksanakan shalat malam. Gerakkan bibir mereka untuk menyebut nama-Mu yang suci. Basahkan sajadah mereka dengan air mata kekhuysyuan ketika mereka merintih di hadapan rahman dan rahim-Mu.

Ya Allah, kedua anak kami ini berniat untuk melaksanakan amanat-Mu dengan seluruh kemampuan mereka. Cintakan iman pada mereka keduanya dan hiaskan iman pada jantung merela. Bencikan mereka pada kekufuran, kefasikan, kemaksiatan dan kemunafikan. Jadikan mererka di antara orang-orang yang mendapat hidayah-Mu.

Ya Allah Ya Robbana, indahkan rumah mereka dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkan mereka dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi hidup mereka dengan amal shaleh yang Engkau ridhai.

Ya Allah, jadikan mereka teladan yang indah bagi teman-teman, sahabat-sahabat, dan keluarga-keluarga mereka sekelilingnya.

Ya Allah, damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertalikan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan keselamatan. Selamatkanlah kami dari kegelapan kepada cahaya, jauhkan kami dari kejelekan yang tampak maupun tersembunyi.

Ya Allah, berkahilah pendengaran kami, penglihatan kami, keturunan kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun.